Bahan paraben pada kosmetik mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda. Paraben merupakan kelompok pengawet kimia yang banyak digunakan dalam produk perawatan tubuh dan aneka produk kecantikan. Anda bisa menemukan paraben dalam pelembab, sampo, serum hingga pasta gigi. Paraben juga digunakan dalam berbagai produk farmasi bahkan makanan.
Kandungan bahan paraben pada kosmetik bisa membuat produknya bertahan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Lalu, apa yang sebenarnya membuat paraben begitu kontroversial dan termasuk bahan kosmetik berbahaya? Mari kita bahas selengkapnya dalam artikel ini?
Alasan Bahan Paraben pada Kosmetik Dianggap Buruk
Ada beberapa alasan kenapa bahan paraben pada kosmetik dianggap buruk antara lain:
- Para peneliti menemukan bahwa paraben mudah diserap oleh kulit dan akan berada dalam jaringan dan cairan tubuh selama beberapa waktu
- Peneliti juga mendeteksi paraben dalam ASI, cairan mani dan urin
- Paraben juga terdeteksi dalam jaringan payudara pasien dengan kanker payudara. Satu hipotesis menghubungkan peningkatan kanker payudara lateral atas dengan penggunaan deodorant yang mengandung paraben
- Paraben dianggap sebagai xenoestrogen. Dengan kata lain, bahan kimia ini bisa meniru hormon estrogen di dalam tubuh. Paraben mengikat reseptor estrogen dalam tubuh Anda. Dibandingkan dengan methylparaben dan ethylparaben, butylparaben dan propylparaben memiliki aktivitas estrogenik yang tinggi dalam tubuh manusia. Inilah konon yang bisa menyebabkan kanker payudara
- Paraben dapat meningkatkan kerusakan sel yang disebabkan oleh paparan sinar UV, yang bisa menyebabkan kanker kulit
- Paraben membuat kulit menjadi lebih sensitif, menimbulkan reaksi alergi. Sebuah penelitian menemukan bahwa etilparaben yang digunakan sebagai agen anti jamur bisa menyebabkan dermatitis kontak pada kulit manusia.
Apakah Sebenarnya Paraben Aman Digunakan sebagai Bahan Kosmetik?
Dalam industri kosmetik, paraben sudah mulai digunakan sebagai bahan pengawet sejak tahun 1920-an. Saat itu, paraben menjadi bahan pengawet alternatif karena bahan lain dianggap terlalu berbahaya bagi kesehatan. Saat itu, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dampak negatif dari paraben dan zat tersebut bisa dikeluarkan dengan sempurna dari dalam tubuh.
Dampak buruk paraben mulai menyebar tahun 1990-an karena dianggap mengganggu fungsi endokrin. Ini karena paraben bisa menyerupai cara kerja hormon estrogen yang ada dalam tubuh. Selanjutnya, penemuan sel kanker payudara yang mengandung paraben muncul lewat penelitian Philippa Darbre, Ph.D, seorang ilmuwan asal Inggris. Saat ini Dabre menyarankan agar penggunaan paraben dalam kosmetik dikurangi agar tidak menimbulkan efek berbahaya.
Pernyataan ini tentu membuat industri kosmetik di berbagai belahan dunia menjadi gempar! Kerugian muncul di mana-mana karena waktu sebagian besar produsen kosmetik memang menggunakan paraben sebagai pengawet. Lalu, benarkah kesimpulan bahwa paraben bisa menyebabkan kanker payudara?
Faktanya, Darbre dan timnya tidak pernah menuliskan kesimpulan semacam itu dalam penelitiannya. Darbre dan rekan-rekannya hanya menemukan jejak paraben dalam 20 sampel dan sisa paraben juga tidak bisa dipastikan dari mana asalnya (apakah benar dari penggunaan kosmetik atau tidak).
Kandungan paraben dalam produk kosmetik umumnya kurang dari 1%. Meskipun begitu, banyak orang percaya bahwa penggunaan paraben dalam jangka panjang bisa menyebabkan efek berbahaya. Dilansir dari Skin Inc., sebuah situs yang menyajikan informasi ilmiah dan teknologi dalam produksi skincare, paraben akan dikeluarkan oleh tubuh dalam kurun waktu 36 jam.
Selain itu, dugaan bahwa paraben bisa mengganggu hormon estrogen sebenarnya tidak semengerikan yang muncul dalam berita. Aktivitas estrogen yang terdapat pada paraben ternyata 10.000 kali lebih lebih dibandingkan estrogen alami yang diproduksi oleh tubuh. Artinya, efek membahayakan seperti kanker payudara hanya bisa muncul jika paraben ditambahkan ke dalam kosmetik dengan dosis ribuan kali dari batas aman.
Menurut Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat, FDA, paraben tidak menunjukkan dampak yang membahayakan dalam kosmetik selama ditambahkan dalam jumlah yang aman. Pada tahun 2014, Badan Regulasi Eropa sempat menerbitkan larangan penggunaan 5 jenis senyawa paraben karena kurangnya data yang dibutuhkan untuk melakukan penilaian ulang.
Namun selang beberapa waktu, mereka mengeluarkan regulasi baru dengan mengurangi batas minimum paraben yang diizinkan dalam kosmetik dari 0,4% menjadi 0,14%. Pembatasan lanjutan diterapkan pada produk yang diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak.
Indonesia sendiri melalui BPOM juga mengadopsi aturan yang sama dengan aturan yang berlaku di Eropa dan ASEAN tersebut. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia No. 18 Tahun 2015, tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. Di dalamnya diatur bagaimana batasan dan syarat penggunaan bahan kosmetik yang aman.
Cara Mengetahui Keamanan Produk Kosmetik yang Digunakan
Jika kandungan bahan paraben pada kosmetik berada di barisan paling bawah dalam ingredients, bisa dipastikan jumlahnya sangat sedikit. Namun jika Anda khawatir dengan keamanan produk yang Anda beli, Anda bisa memeriksa izin BPOM yang mereka miliki. Tidak hanya melihat pada label, tapi langsung melakukan pengecekan lewat www.cekbpom.pom.go.id.
Produk yang tidak lolos pemeriksaan BPOM artinya tidak memenuhi standar untuk digunakan. Ini adalah aturan umum yang perlu dipahami sebelum membeli produk kosmetik.
Ingin membuat produk sendiri dengan bahan paraben pada kosmetik yang jumlahnya aman atau tidak mengandung paraben sama sekali? PT Neo Kosmetika Industri sebagai perusahaan penyedia jasa maklon siap membantu Anda mewujudkannya!